free.zara
Jumat, 31 Oktober 2014
Bye Kepo
Selasa, 28 Oktober 2014
golek duit angel
Alwi dan Zara
Sabtu, 11 Oktober 2014
T I K A
itu bukan sepenggal ya, tapi banyak tentang ingatanku bersama Tika. kami lalui. lalu kami berpisah. rentang waktu yang panjang memisahkan kami. teman kecilku yang kini tumbuh menjadi gadis cantik. berisi dengan modisnya dia. kami bertemu di jogja. hanya 10 jam saja. sabtu pagi, pukul 7. aku meninggalkan malang. mencari nomor kursi yang ku miliki. dua orang ibu dan dua orang balita sudah memenuhi tempat itu. waktu aku meminta tempatku, dia bergeser. anaknya memang lebih aktif dari kebanyakan balita yang ku lihat. sesekali sang ibu mencubitnya. tangisannya memenuhi gerbong. lalu lelah lalu terlelap. itu baru perjalanan malang sidoarjo. kurang lebih pukul 10 pagi aku tiba di sidoarjo. ingatanku buruk. kenapa tak sejak malam aku menghubungi firsty yang ada di sidoarjo untuk menemaniku di stasiun? akh... akhirnya di stasiun aku melongo. jam 1 siang kereta jurusan jogja baru tiba. akh... waktu 3 jam menunggu tak sebanding dengan penantianku 10 tahun (curcol). kini yang ada di depanku hanya seorang bapak bapak yang usianya menurutku seusia mama. banyak hal yang kami obrolkan. hingga penuh otakku lalu ku buang semua ceritanya.aku tak mengingat lagi apa yang aku obrolkan dengannya. yang aku ingat dia seorang guru agama. tak lama ada penumpang lain yang duduk disebelah kami. aku sempat terlelap. tak ada obrolan tentang penumpang lain. rasanya memang aku mulai lelah merasakan perjalanan sidoarjo jogja. keretanya telat. . .ya sama kayak aku yang telat maju, *plakkk...
pukul 8 malam aku tiba di jogja. lempuyangan. jalanan itu padat sekali. satu tempat yang dikatakan Tika agar aku menunggu disana. aku tunggu. hampir saja aku salah masuk mobil. waktu Tika bilang aku nyebrang ada mobil yang berhenti, aku sempat mengira sebuah mobil putih itu adalah mobil Tika. sempat aku mencoba mengejar karna mobil itu tak jadi berhenti. tapi kok ada mobil lagi. walau pandanganku silau karna banyaknya lampu, tapi mataku masih jernih, sejernih ingatanku. aku menemukan Tika di mobil kedua.aku bersorak. memasuki mobil bersama Tika. aku sejenak memandangnya. ini bukan mimpi. teman kecilku... Tika. kami jumpa lagi. Tika menyodorkan air untukku. dua orang pria di depanku tersenyum tipis menyambutlku. yang mengemudi omnya Tika dan yang disebelahnya adeknya Tika. wowww... dia lebih besar dari Tika. padahal dulu kan kayak upil.ahahaha
jogja di malam hari, sisi lain dari jogja. di bukit bintang kamu melepas cerita. mengenang masa kecil kami. menengok kenalan - kenakalan kecil kami. kami? aku saja yang nakal. iya... bukan hanya bersama Tika. aku banyak melakukan hal buruk di masa kecilku. memalsukan tanda tangan mama di kelas 2 SD karna nilai nilaiku yang buruk tak mungkin ku beritahukan. loncat jendela dan mengendap - ngendap keluar rumah dengan sepeda pancal untuk main ke rumah mbak fitri hanya sekedar main timbangan, makan jambu atau nonton film india di rumah isna. nakalku gak ada yang tau sih. kalau udah lelah aku pulang juga diam diam. mama sih taunya aku di kamar, selimutan.
Di tugu jogja kami sempat berfoto. bersama keluarga Hasna, teman kecil Nani yang tak ku ingat sama sekali. Tika sempat merangkulku. pelukan Tika itu kayak pelukan Nine. aku mecoba memgang kedua bahunya. kami bahkan berfoto di tengah lampu merah. waktu lampu hijau kamu menyingkir. iya aja kalau mau di tabrak tetetp di tengah. hahaha...malam itu kami tetap tidur. ku kira kami tak bisa tidur. pagi sekali kami bangun karna jam 6 kereta sudah datang. perlu waktu lagi untuk bertemu Tika. ku tunggu Tika di Malang atau aku sendiri yang meninggalkan Malang? mauku sih aku yang ninggalin Malang. Tika gak usah tau dinginnya Malang. tar hatinya Tika bisa beku kayak hatiku *plakkk
maaf ya kalau suka ngelantur hilang kontrol jadi zona yang sebenarnya.
Sabtu, 20 Maret 2010
buat judul
yah, antara kebahagian dan luka. mungkin itu yang terpadu. papa dan vidi. hem...tidak begitu menarik. tapi dengan melihat idola saya itu saya merasaa dunia ini masih penting untuk saya berpijak. look to my father. dia lemah tak punya daya untuk mengenang masa indahnya sekali pun dan saya masih bisa bersenang ria berfoto dengan idola saya itu.
"pa, kemarin saya foto sama vidi. tau gak". papa cuma nggelengin kepala. coba kalo memorinya masih berfungsi. pasti dia tau siapa vidi. sayang sekali. menengoknya saya berharap suatu saat dia bisa sembuh dari rapuhnya. dan mengajak saya ke tempat terakhir dia bekerja. bandung.. yah... semoga saja bisa mampir ke jakarta. cari vidi lagi. ampun deh, belum puas kemarin foto-foto sama vidi. pengen banyak ngobrol . dan vidi itu saya sempat punya singkatan tentang vidi. vista dan dedi. yup, sih dedi, cimon saya. hahaha...cuma bisa ngakak. kenapa saya harus bertemu dia lagi walau hanya lewat sosial network. membuat saya semakin kangen dengan merauke.
mama pernah bilang "dulu waktu papa muda. papa juga sempat foto sama artis ,vis". jadi kesimpulannya emang saya ini turunan dari papa. bisa foto sama artis, terkenal baik, bakal jadi orang yang paling ramah dan sayang sama keluarga tapi di masa tua akan STROKE .kayak papa banget.ha? saya shock sendiri. aduh, yang terakhir itu yang horor. bakal stroke dan gak ingat dengan masa muda yang indah. aduh...gimana caranya ya biar gak stroke? ya jangan jadi orang munafik lah. papa mungkin munafik makanya di hukum sama ALLAH. tapi bagaimana pun dia papa yang ku sayang.
pernah saya dengar vidi pengen nyanyi terbaik untukmu by ada band sama pak presiden. wah...itu kan .lagu kesenangan saya. "Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya...". mengenang papa mungkin cuma bisa lewat lagu itu. lagu yang benear-benar bisa membawa saya kembali ke masa kecil saya dimana papa selalu sayang sama saya dibanding kaka dan adik. karna memang mungkin saya mendapat perlakuan berbeda dari mama.
sekarang papa cuma bisa duduk di kursi roda, ditanya tentang vidi gak tau di tanya judul skripsi juga cuma bisa bengong. aduh...coba kalau papa masih sehat, masih pintar masih bisa saya andalkan. pasti saya tidak akan sepayah sekarang ini.hemmm
dan saya tanya tante lala, "tante, tante besba itu guru ya? guru apa". alhamdulillah lewat sosial network pertanyaan saya di jawab. suka deh sama tante lala,"yes, guru piano". waw...pantes aja vidi jago maen piano. tapi kok kalau perform sama the cimot gak pernah ngiringi sama piano ya? gak apa. mungkin tunggu saat yang paling tepat. nah...dari sini saya berfikir. ada hubungan psikologis gak ya, antara siswa yang ikut les piano dengan yang tidak ikut dalam pembelajaran matematik. nyambungnya kesini, piano kan musik dengan not yang mengingat dan merasakan dengan abstrak. seperti angka matematika yang abstrak. iya gak sih...