Sabtu, 11 Oktober 2014

T I K A

Tika... rasanya seperti mimpi. baru beberapa tahun saja kita tak jumpa. tapi lihatlah. kau sudah lebih tinggi dariku. padahal waktu kaki kaki kecil kami menyusuri lapangan SD kakiku yang lebih panjang. bola kasti yang pernah mengahantam perutku saja masih berasa. kau pun masih ingat saat kita bermain tali jurus andalanku adalah meludah. aku nakal sekali ya. aku saja tak mengingatnya ka. tetanggaku, kak Yudha, dia juga bukannya pernah caper caper gitu ke Tika. ya... . bisa gak ya ka, waktu itu kembali. waktu kita pernah duduk di bangku TK, menyisihkan beberapa helai sayur karna sulit menelannya. mendapat jatah makanan di awal karna terlalu panjang waktu makan kami dibandingkan anak - anak lainnya. tak berhenti sampai disitu. di SD kami bertemu lagi. kota kecil itu memang terlalu sempit untuk memisahkan kami. aku juga sering mampir ke rumah Tika buat nunggu jemputan. martabak telur itu yang aku cari ka. hingga kini aku tak pernah bosan menyantap martabak telur. rumahku...kau masih ingat rumahku. ya...jalanan depan rumahku tak sesempit dulu. kalau keluarga kami masih disana, pastilah kakakku yang akan membuat kegaduhan. pohon mangga depan rumahku juga sudah tiada. masjid tempat aku mengaji juga sudah jauh lebih indah. aku pernah mendengar suasana sekitar rumahku dari kakakku yang pernah menyempatkan waktu untuk mengunjungi kota kecil itu. kini kota kecil itu tinggal kenangan. mau banget kesana ka. tapi kapan ya. ini lagi SUPER PROMO HEMAT BESAR BESARAN ka. nanti kalau kontrak kerjaku disini udah kelar, aku mau kok menabung lagi untuk biaya khusus menengok kota kecil itu.


itu bukan sepenggal ya, tapi banyak tentang ingatanku bersama Tika. kami lalui. lalu kami berpisah. rentang waktu yang panjang memisahkan kami. teman kecilku yang kini tumbuh menjadi gadis cantik. berisi dengan modisnya dia. kami bertemu di jogja. hanya 10 jam saja. sabtu pagi, pukul 7. aku meninggalkan malang. mencari nomor kursi yang ku miliki. dua orang ibu dan dua orang balita sudah memenuhi tempat itu. waktu aku meminta tempatku, dia bergeser. anaknya memang lebih aktif dari kebanyakan balita yang ku lihat. sesekali sang ibu mencubitnya. tangisannya memenuhi gerbong. lalu lelah lalu terlelap. itu baru perjalanan malang sidoarjo. kurang lebih pukul 10 pagi aku tiba di sidoarjo. ingatanku buruk. kenapa tak sejak malam aku menghubungi firsty yang ada di sidoarjo untuk menemaniku di stasiun? akh... akhirnya di stasiun aku melongo. jam 1 siang kereta jurusan jogja baru tiba. akh... waktu 3 jam menunggu tak sebanding dengan penantianku 10 tahun (curcol). kini yang ada di depanku hanya seorang bapak bapak yang usianya menurutku seusia mama. banyak hal yang kami obrolkan. hingga penuh otakku lalu ku buang semua ceritanya.aku tak mengingat lagi apa yang aku obrolkan dengannya. yang aku ingat dia seorang guru agama. tak lama ada penumpang lain yang duduk disebelah kami. aku sempat terlelap. tak ada obrolan tentang penumpang lain. rasanya memang aku mulai lelah merasakan perjalanan sidoarjo jogja. keretanya telat. . .ya sama kayak aku yang telat maju, *plakkk...

pukul 8 malam aku tiba di jogja. lempuyangan. jalanan itu padat sekali. satu tempat yang dikatakan Tika agar aku menunggu disana. aku tunggu. hampir saja aku salah masuk mobil. waktu Tika bilang aku nyebrang ada mobil yang berhenti, aku sempat mengira sebuah mobil putih itu adalah mobil Tika. sempat aku mencoba mengejar karna mobil itu tak jadi berhenti. tapi kok ada mobil lagi. walau pandanganku silau karna banyaknya lampu, tapi mataku masih jernih, sejernih ingatanku. aku menemukan Tika di mobil kedua.aku bersorak. memasuki mobil bersama Tika. aku sejenak memandangnya. ini bukan mimpi. teman kecilku... Tika. kami jumpa lagi. Tika menyodorkan air untukku. dua orang pria di depanku tersenyum tipis menyambutlku. yang mengemudi omnya Tika dan yang disebelahnya adeknya Tika. wowww... dia lebih besar dari Tika. padahal dulu kan kayak upil.ahahaha

jogja di malam hari, sisi lain dari jogja. di bukit bintang kamu melepas cerita. mengenang masa kecil kami. menengok kenalan - kenakalan kecil kami. kami? aku saja yang nakal. iya... bukan hanya bersama Tika. aku banyak melakukan hal buruk di masa kecilku. memalsukan tanda tangan mama di kelas 2 SD karna nilai nilaiku yang buruk tak mungkin ku beritahukan. loncat jendela dan mengendap - ngendap keluar rumah dengan sepeda pancal untuk main ke rumah mbak fitri hanya sekedar main timbangan, makan jambu atau nonton film india di rumah isna. nakalku gak ada yang tau sih. kalau udah lelah aku pulang juga diam diam. mama sih taunya aku di kamar, selimutan.

Di tugu jogja kami sempat berfoto. bersama keluarga Hasna, teman kecil Nani yang tak ku ingat sama sekali. Tika sempat merangkulku. pelukan Tika itu kayak pelukan Nine. aku mecoba memgang kedua bahunya. kami bahkan berfoto di tengah lampu merah. waktu lampu hijau kamu menyingkir. iya aja kalau mau di tabrak tetetp di tengah. hahaha...malam itu kami tetap tidur. ku kira kami tak bisa tidur. pagi sekali kami bangun karna jam 6 kereta sudah datang. perlu waktu lagi untuk bertemu Tika. ku tunggu Tika di Malang atau aku sendiri yang meninggalkan Malang? mauku sih aku yang ninggalin Malang. Tika gak usah tau dinginnya Malang. tar hatinya Tika bisa beku kayak hatiku *plakkk

maaf ya kalau suka ngelantur hilang kontrol jadi zona yang sebenarnya. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar