Tika... rasanya seperti mimpi. baru beberapa tahun saja kita tak
jumpa. tapi lihatlah. kau sudah lebih tinggi dariku. padahal waktu kaki
kaki kecil kami menyusuri lapangan SD kakiku yang lebih panjang. bola
kasti yang pernah mengahantam perutku saja masih berasa. kau pun masih
ingat saat kita bermain tali jurus andalanku adalah meludah. aku nakal
sekali ya. aku saja tak mengingatnya ka. tetanggaku, kak Yudha, dia juga
bukannya pernah caper caper gitu ke Tika. ya... . bisa gak ya ka, waktu
itu kembali. waktu kita pernah duduk di bangku TK, menyisihkan beberapa
helai sayur karna sulit menelannya. mendapat jatah makanan di awal
karna terlalu panjang waktu makan kami dibandingkan anak - anak lainnya.
tak berhenti sampai disitu. di SD kami bertemu lagi. kota kecil itu
memang terlalu sempit untuk memisahkan kami. aku juga sering mampir ke
rumah Tika buat nunggu jemputan. martabak telur itu yang aku cari ka.
hingga kini aku tak pernah bosan menyantap martabak telur. rumahku...kau
masih ingat rumahku. ya...jalanan depan rumahku tak sesempit dulu.
kalau keluarga kami masih disana, pastilah kakakku yang akan membuat
kegaduhan. pohon mangga depan rumahku juga sudah tiada. masjid tempat
aku mengaji juga sudah jauh lebih indah. aku pernah mendengar suasana
sekitar rumahku dari kakakku yang pernah menyempatkan waktu untuk
mengunjungi kota kecil itu. kini kota kecil itu tinggal kenangan. mau
banget kesana ka. tapi kapan ya. ini lagi SUPER PROMO HEMAT BESAR
BESARAN ka. nanti kalau kontrak kerjaku disini udah kelar, aku mau kok
menabung lagi untuk biaya khusus menengok kota kecil itu.
itu bukan sepenggal ya, tapi banyak tentang ingatanku bersama
Tika. kami lalui. lalu kami berpisah. rentang waktu yang panjang
memisahkan kami. teman kecilku yang kini tumbuh menjadi gadis cantik.
berisi dengan modisnya dia. kami bertemu di jogja. hanya 10 jam saja.
sabtu pagi, pukul 7. aku meninggalkan malang. mencari nomor kursi yang
ku miliki. dua orang ibu dan dua orang balita sudah memenuhi tempat itu.
waktu aku meminta tempatku, dia bergeser. anaknya memang lebih aktif
dari kebanyakan balita yang ku lihat. sesekali sang ibu mencubitnya.
tangisannya memenuhi gerbong. lalu lelah lalu terlelap. itu baru
perjalanan malang sidoarjo. kurang lebih pukul 10 pagi aku tiba di
sidoarjo. ingatanku buruk. kenapa tak sejak malam aku menghubungi firsty
yang ada di sidoarjo untuk menemaniku di stasiun? akh... akhirnya di
stasiun aku melongo. jam 1 siang kereta jurusan jogja baru tiba. akh...
waktu 3 jam menunggu tak sebanding dengan penantianku 10 tahun (curcol).
kini yang ada di depanku hanya seorang bapak bapak yang usianya
menurutku seusia mama. banyak hal yang kami obrolkan. hingga penuh
otakku lalu ku buang semua ceritanya.aku tak mengingat lagi apa yang aku
obrolkan dengannya. yang aku ingat dia seorang guru agama. tak lama ada
penumpang lain yang duduk disebelah kami. aku sempat terlelap. tak ada
obrolan tentang penumpang lain. rasanya memang aku mulai lelah merasakan
perjalanan sidoarjo jogja. keretanya telat. . .ya sama kayak aku yang
telat maju, *plakkk...
pukul 8 malam aku tiba di jogja.
lempuyangan. jalanan itu padat sekali. satu tempat yang dikatakan Tika
agar aku menunggu disana. aku tunggu. hampir saja aku salah masuk mobil.
waktu Tika bilang aku nyebrang ada mobil yang berhenti, aku sempat
mengira sebuah mobil putih itu adalah mobil Tika. sempat aku mencoba
mengejar karna mobil itu tak jadi berhenti. tapi kok ada mobil lagi.
walau pandanganku silau karna banyaknya lampu, tapi mataku masih jernih,
sejernih ingatanku. aku menemukan Tika di mobil kedua.aku bersorak.
memasuki mobil bersama Tika. aku sejenak memandangnya. ini bukan mimpi.
teman kecilku... Tika. kami jumpa lagi. Tika menyodorkan air untukku.
dua orang pria di depanku tersenyum tipis menyambutlku. yang mengemudi
omnya Tika dan yang disebelahnya adeknya Tika. wowww... dia lebih besar
dari Tika. padahal dulu kan kayak upil.ahahaha
jogja di
malam hari, sisi lain dari jogja. di bukit bintang kamu melepas cerita.
mengenang masa kecil kami. menengok kenalan - kenakalan kecil kami.
kami? aku saja yang nakal. iya... bukan hanya bersama Tika. aku banyak
melakukan hal buruk di masa kecilku. memalsukan tanda tangan mama di
kelas 2 SD karna nilai nilaiku yang buruk tak mungkin ku beritahukan.
loncat jendela dan mengendap - ngendap keluar rumah dengan sepeda pancal
untuk main ke rumah mbak fitri hanya sekedar main timbangan, makan
jambu atau nonton film india di rumah isna. nakalku gak ada yang tau
sih. kalau udah lelah aku pulang juga diam diam. mama sih taunya aku di
kamar, selimutan.
Di tugu jogja kami sempat berfoto.
bersama keluarga Hasna, teman kecil Nani yang tak ku ingat sama sekali.
Tika sempat merangkulku. pelukan Tika itu kayak pelukan Nine. aku mecoba
memgang kedua bahunya. kami bahkan berfoto di tengah lampu merah. waktu
lampu hijau kamu menyingkir. iya aja kalau mau di tabrak tetetp di
tengah. hahaha...malam itu kami tetap tidur. ku kira kami tak bisa
tidur. pagi sekali kami bangun karna jam 6 kereta sudah datang. perlu
waktu lagi untuk bertemu Tika. ku tunggu Tika di Malang atau aku sendiri
yang meninggalkan Malang? mauku sih aku yang ninggalin Malang. Tika gak
usah tau dinginnya Malang. tar hatinya Tika bisa beku kayak hatiku
*plakkk
maaf ya kalau suka ngelantur hilang kontrol jadi zona yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar